Aa Gym: “Ujian Hidup Bagai Buah Kelapa”

Tujuh tahun berlalu kenangan pahit yang menimpa Pimpinan Daarut Tauhid(DT), KH. Abdullah Gymnastiar, menyisakan pelajaran berharga.

“Potret disobek-sobek, Sekarang disambung lagi pakai selotif,” demikian kenang suami dari Teh Ninih dan Teh Rini itu di depan jamaah Tabligh Akbar Bekerja dan Bekerjasama untuk Islam, di AQL Islamic Center, Tebet, Jakarta,mengisahkan perjalanan buruk yang diterimanya.

Ia merasakan, musibah itu sebagai curahan kasih sayang Allah yang begitu besar.

Meski akibat keputusan menikah lagi ia banyak ditinggalkan jamaah hingga segala caci dan makian.

Atas segala badai kehidupan yang pernah menimpa. Ustadz yang kerap dipanggil Aa Gym itu menceritakan kebangkitannya dari keterpurukan

Tahun 2007 dikenangnya sebagai pertolongan Allah yang luar biasa. Jika tidak begitu, ketenarannya sebagai mubaligh akan menyeretnya pada rasa cinta dunia yang semakin mengakar.

Memperbaiki Diri, itulah Inti Dakwah

Tujuh tahun berlalu. Cobaan dan hinaan yang diterimanya dirasakannya sebagai curahan kasih sayang Allah yang begitu besar.

Momen itu sebagai jalan untuk pembersihan hatinya. Menurutnya, perjalanan hidupnya itu bagaikan buah Kelapa.

“Tidak ada kelapa yang jatuh pelan. Sudah jatuh, bukan dibelai, dijambak sampai gundul.  Udah gundul bukan dikecup, digetok. Digetok trus dicungkil, trus disisir, trus diparut kemudian menjadi santan,”tuturnya di depan jamaah hari Ahad, 15 Desember 2013 lalu.

Dikatakan oleh Aa, tahun ini sebagai tahun permulaan dirinya berdakwah lebih intensif. Hal terpenting yang perlu diperhatikan dari seorang pendakwah, menurut Aa, bukan merubah orang lain.

“Yang paling penting dari pendakwah, memperbaiki diri sendiri karena kita tidak kuasa membolak-balikkan hati. Semakin bersih hatinya, kalau Allah ridho, mudah-mudahan sebagai hadiahnya dijadikan jalan perbaikan bagi orang lain,”ulasnya panjang lebar.

Puja-puji manusia seharusnya menjadikan para mubaligh lebih waspada.

“Demi Allah. Dipuji, dikagumi, dihormati  jauuuuh lebih bahaya. Sangat tidak mudah untuk merunduk dari penghormatan. Cenderung munafik. Membangun topeng,”ulasnya.

Meniatkan segala sesuatu hanya mengharapkan ridha Allah semata merupakan usaha yang perlu dilatih semaksimal mungkin. Dengan itu mudah-mudahan mengundang pertolongan Allah.

http://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2013/12/17/13391/aa-gym-ujian-hidup-bagai-buah-kelapa.html#.U4xq_vmSyDo
Share on Google Plus

About Halali Sahri

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar