8 Tahun dalam Siksa Dunia, Kondisi Sharon Terus Memburuk

Tel Aviv.  Sejak mengalami stroke pada januari 2006, Kondisi kesehatan mantan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon terus memburuk, bahkan dalam keadaan tak sadarkan diri.

Sharon yang saat ini berusia 85 tahun, tengah mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit Tel Hashomer, Tel Aviv, akibat menderita gagal ginjal sejak Rabu, 1 Januari 2014. Juru bicara rumah sakit mengatakan, kesehatan Sharon mengalami penurunan selama beberapa hari ini. Demikian keterangan pihak rumah sakit seperti disiarkan Al Jazeera pada  Kamis, 2 Januari 2014.

Sejak mengalami stroke pada januari 2006, berbagai upaya telah dilakukan tim dokter guna memulihkan kesehatan orang yang paling bertanggung jawab terhadap pembantaian di kamp pengungsi Palestina, Sabra dan Shatila ini.

Pada Februari 2006, para dokter di Rumah Sakit Hadassa telah memasukkan Ariel Sharon ke ruang operasi khusus. Ia memiliki luka membusuk dan tidak sadarkan diri selama beberapa minggu. Operasi tersebut dilakukan untuk menyambung bagian-bagian ususnya yang telah membusuk dan telah menyebar ke bagian tubuh lain.

Pada September 2013, Sharon menjalani operasi di bagian perut untuk memperbaiki masalah dalam sistem infusnya. Operasi yang berlangsung selama satu jam itu telah direncanakan beberapa bulan sebelumnya.

Para dokter spesialis Israel dan Amerika Serikat pada Januari 2013 mengatakan, Sharon telah menunjukkan aktivitas otaknya secara signifikan melalui scan MRI. Dia bisa merespon foto-foto keluarganya tujuh tahun silam setelah mengalami stroke.

Berdasarkan laporan komisi investigasi Israel pada tahun 2003, menyimpulkan bahwa para pemimpin Israel bertanggung jawab atas pembunuhan di kamp pengungsi Palestina, Sabra dan Shatila, di Lebanon. Saat itu, Politis dari Partai Likud ini menjabat sebagai Menteri Pertahanan yang dianggap secara pribadi harus bertanggung jawab karena tak bisa mencegah kekerasan mematikan.

Sharon, terakhir, menjabat sebagai Perdana Menteri Israel dari 2001-2006. Dia memimpin militer Israel dalam menghadapi perlawanan Palestina, dikenal dengan sebutan Intifada kedua, yang berakhir pada 2004. (al-jazeera/sbb/dakwatuna)


Share on Google Plus

About Halali Sahri

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar